Senin, 30 Juli 2018

KONSERVASI ARSITEKTUR MUSEUM BAHARI


Berdasarkan pernyataan oleh Bapak Pinondang Simanjuntak, Kepala Dinas budaya dan museum DKI Jakarta yang dimuat dalam http://www.beritajakarta.com. Berikut ini adalah beberapa permasalahan dan perbaikan yang akan dilakukan oleh Bapak Pinondang Simanjuntak.

PERMASALAHAN :
  • ·         Lokasi Museum Bahari berada di bawah permukaan laut
  • ·         Limpasan air pasang yang kerap menggenangi Museum Bahari
  • ·         Gedung yang terbuat dari kayu terlihat keropos karena kerap terendam
  • ·         Kurangnya minat pengunjung, ditenggarai karena minimnya fasilitas yang disediakan.

SOLUSI :
  • ·         Diperlukan pembuatan drainase internal.
  • ·         Pengadaan pompa penyedot.
  • ·         Dibutuhkan tim ahli dari arkelog, planolog, arsitek budayawan, dan ahli sejarah.
  • ·         Dibuat jalan khusus bagi wisatawan yang memiliki kekurangan fisik
  • ·         Menambah lahan parkir yang ada agar bisa menampung kendaraan besar
  • ·         Beberapa bagian museum juga bakal dipoles agar tampilannya lebih menarik minat wisatawan.Maka, kami sebagai mahasiswa Arsitektur yang dalam melakukan suatu penulisan konservasi arsitektur, memberikan beberapa usulan desain terkait permasalahan yang ada dan solusinya seperti berikut.
Usulan Desain Yang Akan Diterapkan Pada Museum Bahari :
  1. Diperlukan pembuatan drainase internal dan pengadaan pompa penyedot manakala air pasang tak lagi sanggup diatasi oleh drainase. Sehingga dapat menjadi alternative tercepat pada saat air pasang masuk ke dalam bangunan.
    Hasil gambar untuk drainase building
    Drainase di Museum Tokyo
    WordPress.com
  2. Dibuat jalan khusus bagi wisatawan yang memiliki kekurangan fisik dan perbaikan hampir diseluruh penghubung sirkulasi (tangga/ram)
    Keadaan Tangga Museum Bahari
    Gambar di atas adalah keadaan yang sebenarnya yaitu tangga kayu yang sudah mulai lapuk dimakan usia serta karena air pasang yang masuk ke dalam Museum Bahari. Pada Museum Bahari tidak terdapat Ram atau fasilitas orang cacat. Oleh karenanya akan dibuat ram atau lift sebagai fasilitas orang cacat. Seperti terdapat pada gambar di bawah ini.
    Gambar terkait
    Ramp Building
    Dreamstime.com
  3. Menambah lahan parkir yang ada agar bisa menampung kendaraan lebih banyak juga kendaraan besar seperti bus pariwisata serta pengadaan parkir sepeda. Karena banyak juga pengunjung yang menggunakan sepesa ontel sewaan dari Kota Tua yang dipakai untuk mengunjungi Museum-Museum  ataupun bangunan colonial jaman Belanda lainnnya menggunakan sepeda ontel.
    Hasil gambar untuk parking area
    Layout Area Parkir
    Bennett Engineering Services
  4. Memaksimalkan fungsi ruang yang tidak berfungsi atau kurang berfungsi.
    Ruangan yang tidak berfungsi maupun yang kurang berfungsi atau hanya menjadi ruang sirkulasi/penghubung dapat dijadikan hall ataupun ruang bersama Pada ruangan ini dapat juga dijadikan area duduk ataupun ruang pamer/pengenalan bangunan. Dibawah ini merupakan contoh akan dijadikan seperti apa ruangan tersebut.
    Hasil gambar untuk parking bicycle
    Bycycle Parking Area
  5. Pemberian taman dalam/plaza/area berkumpul outdoor pada area diantara bangunan
    Gambar diatas merupakan gambar area terbuka yang berada dianara bangunan. Pada area ini akan dijadikan plaza atau taman dalam sebagai ruang berkumpul, duduk-duduk ataupun bersantai.
    Area Kosong Bangunan
  6. Hasil gambar untuk plaza
    Area Plaza
    en.wikipedia.org
  7. Merenovasi ruang tata pamer menjadi lebih modern, informative dan menggunakan teknologi yang terbaru.
    Ruang Pameran


    Gambar diatas merupakan ruang tata pamer Museum Bahari dengan pola display yang kurang menarik dan kurang informatif akan dibuat lebih indah lagi dan lebih menarik pengunjung. Lalu ditambahkan ruang pameran yang bergaya modern ataupun futureristik yang lebih informatif, modern dan menggunakan teknologi terbaru. Dengan kesan tersebut bangunan ini tetap mempertahankan unsur kolonialnya
    Hasil gambar untuk ruang pameran modern kontemporer
    Desain Ruang Pameran Kotemporer
    ruang waktu - Blogger
  8. Penataan ruang theater Museum Bahari.
    Ruang  Theater didesain lebih modern walaupun berada di dalam bangunan bergaya kolonial. Pencampuran dua gaya yang akan membuat unik bangunan dan terkesan lebih indah dan harmonis.
    Hasil gambar untuk bangunan teater
    Bangunan Theater
  9. Penataan Café dan Toko Souvenir
    Dengan adanya café maka pengunjung yang dating tidak susah mencari tempat makan atau minum.
    Bangunan Cafe

    Dan dengan adanya toko souvenir maka pengunjung dapat membawa pulang oleh2 khas Museum Bahari.
    Bangunan Souvenir
  10. Pengadaan alarm system dan system pemadam api yang terbarukan.
    Pemadam Kebakaran
  11. Memperluas area site Museum Bahari yang dapat diambil dari area lingkungan sekitar
  12. Pemberian vegetasi dan entrance yang nyaman bagi pengunjung.
    Jalan Masuk Museum Bahari
  13. Entrance dan pintu utama diberikan vocal point sehingga pengunjung dapat terarahkan dan langsung dapat mengetahui pintu masuk berada dimana.
SUMBER :


Rabu, 13 Juni 2018

DENAH, KEADAAN DAN FUNGSI MUSEUM BAHARI YANG MENARIK UNTUK DI ULAS


Hasil gambar untuk MUSEUM BAHARI
Museum Bahari Sebelum Terbakar

Museum ini menyimpan koleksi-koleksi yang berhubungan dengan dunia kemaritiman. Walaupun menyandang nama Jakarta pada namanya, Museum Kebaharian Jakarta tidak hanya menyimpan koleksi yang berasal dari Batavia namun juga dari seluruh Indonesia. Berada di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa, kamu bisa juga menandemkan jalan-jalan ke sini dengan jalan-jalan serba museum di Kota Tua seperti 
Museum MandiriMuseum Bank IndonesiaMuseum Sejarah JakartaMuseum Wayang, dan Museum Keramik dan Seni Rupa. Dengan berjalan kaki, jarak dari Taman Fatahillah ke sini hanya sekitar 1.2 km sembari melewati situs Jembatan Kota Intan yang terkenal itu.

Dari tepi Jalan Pakin terlihat sebuah menara yang pada masanya digunakan sebagai pos pabean dan pemantauan kegiatan di Pelabuhan Sunda Kelapa. Di puncak menara syahbandar yang dibangun pada tahun 1839 ini terdapat jendela di empat sisi untuk mempermudah pengawasan ke segala penjuru. Pada masanya, menara syahbandar pernah menjadi bangunan tertinggi di Batavia. Karena menjadi bagian dari sistem pertahanan Batavia, menara ini dilengkapi dengan beberapa meriam kecil serta lorong bawah tanah menuju Stadhuis (balaikota) yang sekarang menjadi Museum Sejarah Jakarta.
Beranjak ke gedung utama museum. Di lobby, dieprkenankan membeli tiket untuk pengunjung dewasa (umum) seharga 5 ribu rupiah. Tidak ada tiket khusus ke menara karena tiket ini sebenernya sudah berlaku juga untuk ke sana. Bangunan utama museum terbagi atas tiga gedung. Di lantai satu gedung depan, saya lebih suka menyebutnya gedung utama, ada ruang awal perkembangan pelayaran nusantara, lalu ruang era pelayaran nusantara (abad 7-15 masehi), ruang teknologi pembuatan kapal, dan ruang matra angkatan laut.
Denah Museum Bahari Lantai 1


Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, bangunan ini berfungsi sebagai gudang untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditas yang sangat laris di pasaran Eropa. Pada masa perang dunia kedua, gudang ini digunakan untuk menyimpan logistik tentara Jepang. Pasca kemerdekaan, fungsinya berubah lagi menjadi gudang peralatan Perumtel (sekarang Telkom) dan Perum Pos dan Giro (sekarang Pos Indonesia) hingga akhirnya akhirnya cagar budaya ini diresmikan sebagai museum pada tahun 1977.
Denah Museum Bahari Lantai 2

Ruangan pertama dan kedua lebih banyak diisi oleh panel-panel informasi dwi bahasa, Indonesia dan Inggris tentunya, yang memaparkan sejarah pelayaran nusantara dari dulu hingga sekarang. Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi pelabuhan teramai yang menjual komoditas dengan kualitas terbaik dari berbagai daerah di nusantara dan mancanegara. tentu hal ini pulalah yang membuatnya begitu strategis untuk dikuasai sehingga pada tahun 1619, Jayakarta direbut oleh VOC dan diganti namanya menjadi Batavia. Dari tahun 1877 hingga tahun 1920, Tanjung Priok mulai dikembangkan sebagai pelabuhan baru yang dapat memenuhi syarat-syarat pelabuhan modern di mana kegiatan bongkar muat kapal berbadan besar dapat berlangsung. Pasca kemerdekaan, pembangunan terus berlanjut dengan pembangunan kolam-kolam baru dan didukung oleh manajemen yang modern.
DSCF7892 (1280x854)
Panel Dwi Bahasa
DSCF7918 (1280x855)
Peralatan Kebaharian

Ruang ketiga menyimpan koleksi kapal-kapal tradisional yang berasal dari berbagai daerah di nusantara dilengkapi dengan papan informasinya. Ada yang berasal dari Padang, Jambi, Palembang, Kalimantan, Bali, Cirebon, Madura, Pangandaran, Bugis, Papua, semuanya dengan bentuk dan ciri khasnya masing-masing. Sejarah perahu dari masa prasejarah, masa kerajaan Hindu Buddha, serta masa kerajaan Islam, serta cara teknologi pembuatannya secara tradisional turut dipaparkan pula di ruangan ini.
DSCF7962 (1280x854)
Kapal - Kapal dari berbagai daerah Nusantara

Di bagian paling ujung terdapat ruangan yang ga terlalu ramai. Ruangan ini hanya menyimpan model-model kapal yang diduga disumbangkan oleh TNI Angkatan Laut. Panel-panelnya pun hanya berisi doktrin-doktrin dan TNI pada umumnya dan TNI AL pada khususnya seperti Tugas Pokok TNI AL, Delapan Wajib TNI, Sapta Marga, Trisila TNI AL, dan Sumpah Prajurit. Di sisi dinding lain terdapat foto-foto para pemimpin TNI AL dari masa ke masa dan juga lima figur pahlawan nasional yang berasal dari TNI AL.
DSCF7969 (1280x854)
Area Doktrin - doktrin TNI

Dari ruang Matra Angkatan Laut, ada tangga menuju ke lantai dua. Tapi sayangnya alurnya tidak tepat. Lebih tepat kalo dimulainya dari lobby tempat area membeli tiket, terus naik ke lantai dua. Seandainya masuknya dari area lobby, urutannya akan lebih sesuai, mulai dari berbagai bangsa yang singgah ke Sunda Kelapa, penjelajah asing yang pernah singgah di Batavia, ruang legenda masyarakat bahari nusantara, dan di paling ujung (di atas ruang matra angkatan laut) ada ruang legenda masyarakat bahari. Yang membuat nyaman karena di ruangan tersebut di fasilitasi oleh AC.
DSCF7978 (1280x853)
Ruang Martha Angkatan Laut

Di semua ruangan terdapat manekin-manekin yang dipakaikan kostum sesuai tema ruangan. Pada ruangan penjelajah asing yang pernah singgah ke Sunda Kelapa, terdapat diorama-diorama yang menggambarkan tentang kedatangan bangsa Arab, bangsa Cina, bangsa Portugis, bangsa Belanda, bangsa Inggris, dan yang terakhir bangsa Jepang. Pada setiap diorama terdapat sebuah buku yang berisi penjelasan mengenai masing-masing diorama. Tulisannya terlalu banyak sehingga pengunjung yang datang tidak memungkinkan untuk membaca keseluruhannya.
DSCF7985 (1280x853)
Area Rempah - Rempah

DSCF7988 (1280x853)
Diaroma Portugis Ke Banten

Ruang berikutnya menampilkan manekin-manekin para penjelajah asing yang pernah datang ke Batavia. Ada penjelajah yang berasal dari Italia, Marco Polo; penjelajah dari Arab, Ibnu Battuta; penjelajah dari Cina, Admiral Cheng Ho; kartografer Belanda, Jan Huygen van Linchosten; serta penakluk dari Portugis, Vasco da Gama dan Ferdinand Magellan. Ada juga manekin admiral laut wanita pertama di dunia, Laksama Keumalahayati.
Dua ruangan terakhir menampilkan karakter-karakter yang berkaitan dengan legenda bahari Indonesia dan dunia. Melihat manekin-manekin tersebut membuat pengunjung  menjadi teringat buku kisah cerita rakyat terbitan Grasindo. Dari legenda nusantara ada tokoh Nyi Roro Kidul, Bima dan Dewa Ruci, Malin Kundang, Putri Mandalika, Tuan Tapa dan Putri Naga, Pesut Mahakam, sementara dari legenda dunia ada Dewa Poseidon, Putri Duyung, prajurit Viking, Dewa Baruna, Putri Mazu, dan Davy Jones. Dan juga masih banyak karakter lainnya yang ada di museum.
DSCF8001 (855x1280)
Laksamana Chengho

Dari tengah lantai dua gedung di depan, terdapat jembatan ke lantai dua gedung yang ada di belakang. Ke sebelah kanan, kalo menurut peta denah tadi sih mestinya ruang pengenalan kebaharian dan area bermain. Entah apa maksudnya area bermain, soalnya di sini tidak ada seluncuran atau ayunan, melainkan lebih mirip gudang di mana koleksi yang sedikit berdebu masih tertata rapi dan memiliki papan nama. Dua koleksi yang menarik buat saya adalah maket Kastil Batavia dan maket Pulau Onrust.
DSCF8041 (1280x853)
Maket Kastil Batavia
DSCF8045 (1280x855)
Maket Pulau Onrust

Di sebelah kiri, ada ruangan gudang yang disulap menjadi ruang yang memamerkan kisah Pertempuran Laut Jawa. Menarik juga melihat koleksi-koleksi baru ini mengingat pertempuran yang terjadi antara pihak sekutu yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Belanda, dan Australia (ABDACOM) melawan angkatan laut kekaisaran Jepang ini nyaris tidak pernah disebutin di buku-buku sejarah sekolah kita. Pertempuran itu sendiri berlangsung dari tanggal 27 Februari hingga 1 Maret 1942 dan diakhiri dengan kemenangan telak di pihak Jepang. Sebanyak lima dari empat belas kapal sekutu berhasil ditenggelamkan dan hingga kini berada di dasar Laut Jawa. Entah sampai kapan koleksi ini akan dipamerkan di sini.
DSCF8061 (1280x853)
Koleksi Kisah Pertempuran Laut Jawa

Turun ke lantai satu, lagi-lagi ada koleksi museum versi disimpan sayang yang hanya dibariskan saja di ruangan yang memanjang ini. Ada koleksi pelampung, gardan lampu suar, lampu suar kristal, rumah kompas, dan miniatur kapal. Di sisi jauh ruangan, ada peta Indonesia yang dibubuhi informasi mengenai kekayaan dan keanekaragaman hayati lautnya.
DSCF8094 (1280x853)
Koleksi Pelampung, Suar
                                         
Di sisi satunya lagi, di bawah ruang pameran Pertempuran Laut Jawa tadi, ada ruangan yang berisi koleksi perahu tradisional tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias dalam ukuran asli, bukan miniatur! Interior ruangannya dibiarkan tidak terawat sehingga menimbulkan kesan jadul yang kuat. Batu bata yang dibiarkan terlihat karena plesternya rontok dan dinding yang terlihat coklat karena bekas alur air atau berjamur.
DSCF8106 (1280x853)
Ruang Pameran Pertempuran Laut dan Koleksi Kapal
                                         
PERMASALAHAN

Hasil gambar untuk kebakaran museum bahari
Kebakaran di Museum Bahari 16/1/2018

Kebakaran yang melanda Museum Bahari, Selasa (16/1/2018) menyebabkan kerusakan di beberapa bagian gedung. Data dari posko siaga UPT Museum Bahari menyebutkan, kerusakan terjadi pada gedung A dan C. Kerusakan berupa atap yang runtuh serta jendela dan pintu yang hangus terjadi pada lantai 2 gedung A seksi 4 dan 5 di mana terletak ruang legenda Laut Internasional dan Legenda Bahari Nusantara. Kemudian api juga membakar gedung C lantai satu seksi 3 tempat ruang minatur perahu tradisional dan gudang, serta lantai dua gedung C seksi 2 dan 3 tempat ruang alat navigasi dan miniatur perahu tradisional serta ruang perang Laut Jawa.

Koleksi yang terbakar di lantai 2 gedung A seksi 5 atau ruang Legenda Laut Internasional antara lain, patung Davi Jones (1 buah), patung Putri Mazu (3), patung Viking (3), patung Dewa Baruna (2), patung Poseidon (1), patung Putri Duyung (1). Selain itu terdapat proyektor (2), AC outdoor (3), CCTV (2) dan speaker (2). Total keseluruhan 20 buah.

1. Lantai 1 Gedung C3 (Ruang Miniatur Perahu Tradisional dan Gudang)
a. Perahu Asli Cadik Bali 1 Buah
b. Perahu Asli Pangandaran 1 Buah
c. Perahu Asli Sumatera Utara 1 Buah
d. Kemudi Kapal 1 Buah
e. Rumah Kompas 1 Buah
f. Lukisan Pantai dan Pelabuhan 4 Buah
g. Miniatur Perahu Majapahit 1 Buah
h. Katel Karbit 1 Buah
i. Lampu Mercusuar 1 Buah
j. Suar Pelampung 1 Buah
k. Mesin Penyedot Air Rob 1 Buah
l. Miniatur Perahu Pinishi 1 Buah
m. Miniatur Perahu Majapahit 1 Buah
n. Miniatur Perahu KRI Multatuli 1 Buah
o. Miniatur Kapal Van Deuvyken 1 Buah
p. Miniatur KM Surya Harapan 1 Buah Total koleksi museum di lantai 1 gedung C3 yang terbakar sebanyak 19 buah.

2. Lantai 2 Gedung C3 (Ruang Alat Navigasi dan Miniatur Perahu Tradisional)
a. Maket Pulau Onrust 1 Buah
b. Maket Batavia / Kastil 1 Buah
c. Miniatur Mercusuar 1 Buah
d. Ikan Duyung 1 Buah
e. Miniatur Perahu Oleg 1 Buah
f. Miniatur Perahu Patorani 1 Buah
g. Miniatur Caravela 1 Buah
h. Miniature Caravela 1 Buah
i. Miniatur Olegan 1 Buah
j. Cadik Pantai Selatan 1 Buah
k. Maket Benteng Martelo 1 Buah
l. Perahu Layar Lambo 1 Buah
m. Perahu Mayang 1 Buah
n. Golekan Lete 1 Buah
o. Perahu Sope Gokong Bundar 1 Buah
p. Mercusuar 1 Buah q. Miniatur Perahu 1 Buah
r. Miniatur Pelampung 1 Buah Total koleksi museum di lantai 2 gedung C3 yang terbakar sebanyak 19 buah.

3. Lantai 2 Gedung C2 (Ruang Perang Laut Jawa)
a. Panel Informasi 24 Buah
b. AC Standing 5 PK + Outdoor 6 Unit
c. TV LCD 32 Inc 1 Unit
d. Buku Perjalanan Perang Laut Jawa 8 Buah
e. Bendera Morse Kapal Perang Besar 1 Buah
f. Perlengkapan Makan AL 1 Set
g. Teropong Laut 1 Buah
h. Keker 1 Buah
i. Kompas Bintang 2 Buah
j. Bendera Asli Kapal Perang 5 Buah
k. Miniatur Pesawat Fokker 2 Buah


SUMBER 

https://myeatandtravelstory.wordpress.com/2017/05/19/meneropong-sejarah-bahari-bangsa-di-museum-kebaharian-jakarta/
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/01/17/11105511/ini-daftar-koleksi-museum-bahari-yang-terbakar
https://google.com/



Kamis, 10 Mei 2018

MUSEUM BAHARI SEBAGAI KONSERVASI CAGAR BUDAYA


Hasil gambar untuk museum bahari




KONSERVASI

          Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan. Konservasi merupakan suatu upaya yang dapat menghidupkan kembali vitalitas lama yang telah pudar. Konservasi arsitektur adalah penyelamatan suatu obyek/bangunan sebagai bentuk apreasiasi pada perjalanan sejarah suatu bangsa, pendidikan dan pembangunan wawasan intelektual bangsa antar generasi. Termasuk upaya konservasi bangunan kuno dan bersejarah. Peningkatan nilai-nilai estetis dan historis dari sebuah bangunan bersejarah sangat penting untuk menarik kembali minat masyarakat untuk mengunjungi kawasan atau bangunan tersebut. Sebagai bukti sejarah dan peradaban dari masa ke masa. Upaya konsevasi bangunan bersejarah dikatakan sangat penting. Selain untuk menjaga nilai sejarah dari bangunan, dapat pula menjaga bangunan tersebut untuk bisa dipersembahkan kepada generasi mendatang.
          Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan sejarah dan budaya. Tentu tidak sedikit bangunan bersejarah yang menyimpan cerita-cerita penting dan tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Bahkan hampir di setiap daerah mempunyai bangunan bersejarah yang dijadikan sebagai identitas dari daerah tersebut. Namun, menurut yang dikemukakan oleh Budihardjo (1985), bahwa arsitektur dan kota di Indonesia saat ini banyak yang menderita sesak nafas. Bangunan-bangunan kuno bernilai sejarah dihancurkan dan ruang-ruang terbuka disulap menjadi bangunan. padahal menghancurkan bangunan kuno bersejarah sama halnya dengan menghapuskan salah satu cermin untuk mengenali sejarah dan tradisi masa lalu. Dengan hilangnya bangunan kuno bersejarah, lenyaplah pula bagian sejarah dari suatu tempat yang sebenarnya telah menciptakan suatu identitas tersendiri, sehingga menimbulkan erosi identitas budaya (Sidharta dan Budhihardjo, 1989). Oleh karena itu, konservasi bangunan bersejarah sangat dibutuhkan agar tetap bisa menjaga cagar budaya yang sudah diwariskan oleh para pendahulu kita.

Sasaran Konservasi :
  •  Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian.
  • Memanfaatkan obyek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini.
  • Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu, tercermin dalam obyek pelestarian.
  • Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota, dalam wujud fisik tiga dimensi Lingkup Kegiatan.

Kategori Obyek Konservasi :
  •  Lingkungan Alami (Natural Area)
  •  Kota dan Desa (Town and Village)
  • Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor)
  • Kawasan (Districts)
  • Wajah Jalan (Street-scapes)
  • Bangunan (Buildings)
  • Benda dan Penggalan (Object and Fragments)

Manfaat Konservasi :
  •  Memperkaya pengalaman visual
  •  Memberi suasana permanen yang menyegarkan
  •  Memberi kemanan psikologis
  • Mewariskan arsitektur
  •  Aset komersial dalam kegiatan wisata internasional

Peran Arsitek Dalam Konservasi :

Internal :
  • Meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi.
  • Meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis tindakan pemugaran kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive reuse.
  • Melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan.

Eksternal :
  • Memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan dari segi arsitektur.
  • Membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi (Urban Design Guidelines).
  • Membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru bangunan-bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi yang fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya bekas pabrik atau gudang) serta mengusulkan bentuk konservasi arsitekturalnya.
  • Memberikan contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat menumbuhkan keyakinan pengembang bahwa dengan mempertahankan identitas kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih memberikan daya tarik yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan keuntungan finansial.

·         Klasifikasi Cagar Budaya
  • Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2005 tentang pelestarian bangunan/lingkungan cagar budaya, terdapat empat penggolongan bangunan cagar budaya, yaitu golongan A, B, C, dan D.
  • Bangunan cagar budaya kelas A adalah bangunan yang harus dipertahankan sesuai bentuk aslinya.
  • Kelas B adalah bangunan cagar budaya yang dapat dipugar dengan cara restorasi.
  • Kelas C dapat diubah dengan tetap mempertahankan tampak bangunan utama.
  • Kelas D dapat dibongkar dan dibangun seperti semula, karena kondisinya membahayakan penghuni dan lingkungan sekitarnya.

MUSEUM BAHARI

Nama Bangunan Lama :  Westzijdsche Pakhuizen (Gudang Barat)

Nama Bangunan Baru  : Museum Bahari

Alamat                          : Jl. Raya Pasar Ikan No 1Jakarta Utara, DKI Jakarta, Indonesia

Tahun dibangun            : 1652

Fungsi Awal                 : 1652 gudang pangan, 1939 Gudang Logistik Tentara Nippon

Fungsi Sekarang           : Sebagai musem yang menyimpan sejarah kemaritiman Kolonial Batavia

Arsitek                         :  W.J. van de Velde

Klasifikasi cagar budaya : A

Batas Bangunan           :

Utara                            : Kawasan Pemukiman

Timur                           : Warung Perniagaan

Selatan                         : Menara Syahbadar

Barat                            : Teluk Jakarta

Gaya Arsitekur                        :

Empire Style ( Neo Klasik)

Museum Bahari menggunakan ciri khas bangunan kolonial Belanda, gayaThe Empire Style (khas Eropa) merupakan gaya yang dipakai pada masa itu untuk menunjukan eksistensinya di daerah kekuasaannya (Indonesia). Namun iklim di Indonesia berbeda dengan iklim di Belanda, oleh karena itu pada bangunan ini ditambahkan atap pelana. Penambahan atap ini akhirnya membuat suatu gaya arsitek baru yang dikenal dengan gaya Hindi Belanda.
Gaya arsitektur The Empire Style adalah suatu gaya arsitektur neo-klasik yang melanda Eropa (terutama Prancis, bukan Belanda) yang diterjemahkan secara bebas. Di Indonesia gayanya menghasilkan gaya baru yang disebut gaya Hindia Belanda (Indonesia) artinya bergaya kolonial namun disesuaikan dengan lingkungan lokal dengan iklim dan tersedianya material pada waktu itu (Akihary dalam Handinoto, 1996: 132).

ARSITEKTUR MUSEUM BAHARI

Hasil gambar untuk museum bahari

Komposisi Ruang                    :

Secara tematik, tata pamer koleksi dan informasi terbagi ke dalam sejumlah pembagian ruang, yaitu:

1)      Ruang Masyarakat Nelayan Indonesia
Koleksi yang dipamerkan: miniatur kapal dan peralatan kenelayanan.

2)      Ruang Teknologi Menangkap Ikan
Koleksi yang dipamerkan: pancing, bubu, dan jaring.

3)      Ruang Teknologi Pembuatan Kapal Tradisional
Koleksi yang dipamerkan: teknologi dan sentra pembuatan kapal.

4)      Ruang Biota Laut
Koleksi yang dipamerkan: aneka jenis ikan, kerang, tumbuhan laut, dan dugong.

5)      Ruang Pelabuhan Jakarta 1800-2000 (Pusat Perdagangan Dunia)
Koleksi yang dipamerkan: artefak-artefak yang berhubungan dengan kesejarahan pelabuhan di Jakarta pada rentang tersebut, termasuk meriam, keramik, dan benteng.

6)      Ruang Navigasi
Koleksi yang dipamerkan: kompas, teleskop, dan sejumlah alat bantu navigasi.

7)      Pelayaran Kapal Uap Indonesia-Eropa
Koleksi yang dipamerkan: foto-foto dokumentasi mengenai pelayaran kapal uap pertama dari Eropa ke Asia.

8)      Ruang Navigator Dunia
Koleksi yang dipamerkan: patung-patung navigator indonesia maupun dunia yang pernah singgah di Indonesia.

9)      Ruang penyimpanan rempah-rempah
Koleksi yang dipamerkan: beberapa sisa rempah-rempah peninggalan VOC.

10)  Ruang pedagang dunia yang pernah singgah di nusantara

Atap                 :
Hasil gambar untuk atap museum bahari

Atap pelana merupakan gaya arsitektural yang cocok untuk bangunan beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi. Sehingga gaya arsitek tropis pada atap pelana dipakai sebagai struktur atap bangunan kawasan ini. Pada atap juga terdapat bagian yang tercoak (seperti terpotong) dan membentuk suatu atap baru yang agak menjorok, atap ini mencerminkan gaya bangunan koloni.
Atap bangunan pada sisi Tertentu Terdapat sisi yang mencoak.

Pintu                :
Hasil gambar untuk pintu museum bahari

Pintu yang digunakan berbentuk 'dome' dan terbuat dari kayu jati dan kusennya terbuat dari batu. Elemen lengkung 'arch' sangat menonjolkan bangunan khas Eropa pada saat itu. Hampir seluruh pintu yang terdapat pada museum ini berbentuk 'dome'.

Jendela                        :
Hasil gambar untuk jendela museum bahari

Daun jendela terbuat dari kayu jati dan pegangannya terbuat dari besi. Terdapat juga teralis yang terbuat dari kayu. Jumlah dan letak jendela yang berirama statis dan pendek-pendek mencerminkan gaya Eropa klasik.

Dinding            :
Hasil gambar untuk dinding museum bahari

Dinding pada Museum Bahari memiliki hingga 20 cm. seluruh warna pada dinding baik eksterior maupun interior adalah berwarna putih.

Kolom             :
Gambar terkait
Pada Museum Bahari ini menggunakan kolom yang terbuat dari kayu jati dengan ketebalan 20-30cm. Kolom kayu kokoh ini membuat kesan bangunan ini elegan dan khas Indonesia.

Plafond                        :
Hasil gambar untuk plafon museum bahari
Pada Museum Bahari hampir seluruh konstruksinya memakai kayu, terdapat pada bagian kolom dan balok yang menopang lantai 2 dan 3. Penutup lantai pada lantai 2 dan 3 juga memakai konstruksi kayu panel, dan tidak adanya penutup plafond sehingga bisa dikatakan bahwa kayu panel yang digunakan sebagai penutup lantai di lantai 2 dan 3 juga berperan sebagai plafond pada lantai di bawahnya. 

Elemen Hard Material  :
Hasil gambar untuk jangkar museum bahari

Pada bagian entrance (pintu masuk) terdapat sepasang jangkar kapal. Jangkar ini lumayan besar setinggi ±80cm dan berwarna hitam. Jangkar ini sebagai penanda bahwa di dalam bangunan ini terdapat menyimpan sesuatu yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia.

Struktur                        :

Seperti gambar pada bahasan sebelumnya kita ketahui bahwa struktur yang digunakan yaitu struktur kayu.

Ukuran                                    :
Gambar terkait

Luas tanah bangunan ini sekitar 16000 m2 sedangkan luas Bangunan ini sekitar 9000 m2.

Kondisi saat ini                        :

 Sebagai peninggalan bersejarah, kondisi Museum Bahari di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, justru tampak memprihatinkan. Selain terkesan tua, dindingnya juga terlihat kusam dan tidak terawat. Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terlihat di ruang pameran museum itu.
Meskipun kondisi bangunan terlihat lebih baik, kesan kusam karena debu dan lembab juga sangat terasa. Lampu-lampu di ruangan juga terlihat kecil dan tidak sesuai dengan lebar ruangan sehingga suasana menjadi gelap.