Kamis, 10 Mei 2018

MUSEUM BAHARI SEBAGAI KONSERVASI CAGAR BUDAYA


Hasil gambar untuk museum bahari




KONSERVASI

          Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan. Konservasi merupakan suatu upaya yang dapat menghidupkan kembali vitalitas lama yang telah pudar. Konservasi arsitektur adalah penyelamatan suatu obyek/bangunan sebagai bentuk apreasiasi pada perjalanan sejarah suatu bangsa, pendidikan dan pembangunan wawasan intelektual bangsa antar generasi. Termasuk upaya konservasi bangunan kuno dan bersejarah. Peningkatan nilai-nilai estetis dan historis dari sebuah bangunan bersejarah sangat penting untuk menarik kembali minat masyarakat untuk mengunjungi kawasan atau bangunan tersebut. Sebagai bukti sejarah dan peradaban dari masa ke masa. Upaya konsevasi bangunan bersejarah dikatakan sangat penting. Selain untuk menjaga nilai sejarah dari bangunan, dapat pula menjaga bangunan tersebut untuk bisa dipersembahkan kepada generasi mendatang.
          Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan sejarah dan budaya. Tentu tidak sedikit bangunan bersejarah yang menyimpan cerita-cerita penting dan tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Bahkan hampir di setiap daerah mempunyai bangunan bersejarah yang dijadikan sebagai identitas dari daerah tersebut. Namun, menurut yang dikemukakan oleh Budihardjo (1985), bahwa arsitektur dan kota di Indonesia saat ini banyak yang menderita sesak nafas. Bangunan-bangunan kuno bernilai sejarah dihancurkan dan ruang-ruang terbuka disulap menjadi bangunan. padahal menghancurkan bangunan kuno bersejarah sama halnya dengan menghapuskan salah satu cermin untuk mengenali sejarah dan tradisi masa lalu. Dengan hilangnya bangunan kuno bersejarah, lenyaplah pula bagian sejarah dari suatu tempat yang sebenarnya telah menciptakan suatu identitas tersendiri, sehingga menimbulkan erosi identitas budaya (Sidharta dan Budhihardjo, 1989). Oleh karena itu, konservasi bangunan bersejarah sangat dibutuhkan agar tetap bisa menjaga cagar budaya yang sudah diwariskan oleh para pendahulu kita.

Sasaran Konservasi :
  •  Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian.
  • Memanfaatkan obyek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini.
  • Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu, tercermin dalam obyek pelestarian.
  • Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota, dalam wujud fisik tiga dimensi Lingkup Kegiatan.

Kategori Obyek Konservasi :
  •  Lingkungan Alami (Natural Area)
  •  Kota dan Desa (Town and Village)
  • Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor)
  • Kawasan (Districts)
  • Wajah Jalan (Street-scapes)
  • Bangunan (Buildings)
  • Benda dan Penggalan (Object and Fragments)

Manfaat Konservasi :
  •  Memperkaya pengalaman visual
  •  Memberi suasana permanen yang menyegarkan
  •  Memberi kemanan psikologis
  • Mewariskan arsitektur
  •  Aset komersial dalam kegiatan wisata internasional

Peran Arsitek Dalam Konservasi :

Internal :
  • Meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi.
  • Meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis tindakan pemugaran kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive reuse.
  • Melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan.

Eksternal :
  • Memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan dari segi arsitektur.
  • Membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi (Urban Design Guidelines).
  • Membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru bangunan-bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi yang fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya bekas pabrik atau gudang) serta mengusulkan bentuk konservasi arsitekturalnya.
  • Memberikan contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat menumbuhkan keyakinan pengembang bahwa dengan mempertahankan identitas kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih memberikan daya tarik yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan keuntungan finansial.

·         Klasifikasi Cagar Budaya
  • Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2005 tentang pelestarian bangunan/lingkungan cagar budaya, terdapat empat penggolongan bangunan cagar budaya, yaitu golongan A, B, C, dan D.
  • Bangunan cagar budaya kelas A adalah bangunan yang harus dipertahankan sesuai bentuk aslinya.
  • Kelas B adalah bangunan cagar budaya yang dapat dipugar dengan cara restorasi.
  • Kelas C dapat diubah dengan tetap mempertahankan tampak bangunan utama.
  • Kelas D dapat dibongkar dan dibangun seperti semula, karena kondisinya membahayakan penghuni dan lingkungan sekitarnya.

MUSEUM BAHARI

Nama Bangunan Lama :  Westzijdsche Pakhuizen (Gudang Barat)

Nama Bangunan Baru  : Museum Bahari

Alamat                          : Jl. Raya Pasar Ikan No 1Jakarta Utara, DKI Jakarta, Indonesia

Tahun dibangun            : 1652

Fungsi Awal                 : 1652 gudang pangan, 1939 Gudang Logistik Tentara Nippon

Fungsi Sekarang           : Sebagai musem yang menyimpan sejarah kemaritiman Kolonial Batavia

Arsitek                         :  W.J. van de Velde

Klasifikasi cagar budaya : A

Batas Bangunan           :

Utara                            : Kawasan Pemukiman

Timur                           : Warung Perniagaan

Selatan                         : Menara Syahbadar

Barat                            : Teluk Jakarta

Gaya Arsitekur                        :

Empire Style ( Neo Klasik)

Museum Bahari menggunakan ciri khas bangunan kolonial Belanda, gayaThe Empire Style (khas Eropa) merupakan gaya yang dipakai pada masa itu untuk menunjukan eksistensinya di daerah kekuasaannya (Indonesia). Namun iklim di Indonesia berbeda dengan iklim di Belanda, oleh karena itu pada bangunan ini ditambahkan atap pelana. Penambahan atap ini akhirnya membuat suatu gaya arsitek baru yang dikenal dengan gaya Hindi Belanda.
Gaya arsitektur The Empire Style adalah suatu gaya arsitektur neo-klasik yang melanda Eropa (terutama Prancis, bukan Belanda) yang diterjemahkan secara bebas. Di Indonesia gayanya menghasilkan gaya baru yang disebut gaya Hindia Belanda (Indonesia) artinya bergaya kolonial namun disesuaikan dengan lingkungan lokal dengan iklim dan tersedianya material pada waktu itu (Akihary dalam Handinoto, 1996: 132).

ARSITEKTUR MUSEUM BAHARI

Hasil gambar untuk museum bahari

Komposisi Ruang                    :

Secara tematik, tata pamer koleksi dan informasi terbagi ke dalam sejumlah pembagian ruang, yaitu:

1)      Ruang Masyarakat Nelayan Indonesia
Koleksi yang dipamerkan: miniatur kapal dan peralatan kenelayanan.

2)      Ruang Teknologi Menangkap Ikan
Koleksi yang dipamerkan: pancing, bubu, dan jaring.

3)      Ruang Teknologi Pembuatan Kapal Tradisional
Koleksi yang dipamerkan: teknologi dan sentra pembuatan kapal.

4)      Ruang Biota Laut
Koleksi yang dipamerkan: aneka jenis ikan, kerang, tumbuhan laut, dan dugong.

5)      Ruang Pelabuhan Jakarta 1800-2000 (Pusat Perdagangan Dunia)
Koleksi yang dipamerkan: artefak-artefak yang berhubungan dengan kesejarahan pelabuhan di Jakarta pada rentang tersebut, termasuk meriam, keramik, dan benteng.

6)      Ruang Navigasi
Koleksi yang dipamerkan: kompas, teleskop, dan sejumlah alat bantu navigasi.

7)      Pelayaran Kapal Uap Indonesia-Eropa
Koleksi yang dipamerkan: foto-foto dokumentasi mengenai pelayaran kapal uap pertama dari Eropa ke Asia.

8)      Ruang Navigator Dunia
Koleksi yang dipamerkan: patung-patung navigator indonesia maupun dunia yang pernah singgah di Indonesia.

9)      Ruang penyimpanan rempah-rempah
Koleksi yang dipamerkan: beberapa sisa rempah-rempah peninggalan VOC.

10)  Ruang pedagang dunia yang pernah singgah di nusantara

Atap                 :
Hasil gambar untuk atap museum bahari

Atap pelana merupakan gaya arsitektural yang cocok untuk bangunan beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi. Sehingga gaya arsitek tropis pada atap pelana dipakai sebagai struktur atap bangunan kawasan ini. Pada atap juga terdapat bagian yang tercoak (seperti terpotong) dan membentuk suatu atap baru yang agak menjorok, atap ini mencerminkan gaya bangunan koloni.
Atap bangunan pada sisi Tertentu Terdapat sisi yang mencoak.

Pintu                :
Hasil gambar untuk pintu museum bahari

Pintu yang digunakan berbentuk 'dome' dan terbuat dari kayu jati dan kusennya terbuat dari batu. Elemen lengkung 'arch' sangat menonjolkan bangunan khas Eropa pada saat itu. Hampir seluruh pintu yang terdapat pada museum ini berbentuk 'dome'.

Jendela                        :
Hasil gambar untuk jendela museum bahari

Daun jendela terbuat dari kayu jati dan pegangannya terbuat dari besi. Terdapat juga teralis yang terbuat dari kayu. Jumlah dan letak jendela yang berirama statis dan pendek-pendek mencerminkan gaya Eropa klasik.

Dinding            :
Hasil gambar untuk dinding museum bahari

Dinding pada Museum Bahari memiliki hingga 20 cm. seluruh warna pada dinding baik eksterior maupun interior adalah berwarna putih.

Kolom             :
Gambar terkait
Pada Museum Bahari ini menggunakan kolom yang terbuat dari kayu jati dengan ketebalan 20-30cm. Kolom kayu kokoh ini membuat kesan bangunan ini elegan dan khas Indonesia.

Plafond                        :
Hasil gambar untuk plafon museum bahari
Pada Museum Bahari hampir seluruh konstruksinya memakai kayu, terdapat pada bagian kolom dan balok yang menopang lantai 2 dan 3. Penutup lantai pada lantai 2 dan 3 juga memakai konstruksi kayu panel, dan tidak adanya penutup plafond sehingga bisa dikatakan bahwa kayu panel yang digunakan sebagai penutup lantai di lantai 2 dan 3 juga berperan sebagai plafond pada lantai di bawahnya. 

Elemen Hard Material  :
Hasil gambar untuk jangkar museum bahari

Pada bagian entrance (pintu masuk) terdapat sepasang jangkar kapal. Jangkar ini lumayan besar setinggi ±80cm dan berwarna hitam. Jangkar ini sebagai penanda bahwa di dalam bangunan ini terdapat menyimpan sesuatu yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia.

Struktur                        :

Seperti gambar pada bahasan sebelumnya kita ketahui bahwa struktur yang digunakan yaitu struktur kayu.

Ukuran                                    :
Gambar terkait

Luas tanah bangunan ini sekitar 16000 m2 sedangkan luas Bangunan ini sekitar 9000 m2.

Kondisi saat ini                        :

 Sebagai peninggalan bersejarah, kondisi Museum Bahari di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, justru tampak memprihatinkan. Selain terkesan tua, dindingnya juga terlihat kusam dan tidak terawat. Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terlihat di ruang pameran museum itu.
Meskipun kondisi bangunan terlihat lebih baik, kesan kusam karena debu dan lembab juga sangat terasa. Lampu-lampu di ruangan juga terlihat kecil dan tidak sesuai dengan lebar ruangan sehingga suasana menjadi gelap.

1 komentar:

  1. halo kak! saya Rizky, mahasiswa arsitektur Jakarta. Kalau boleh tau, adakah dokumen resmi yang menyatakan bahwa museum bahari ini termasuk cagar budaya golongan A? Kalau ada dokumennya apa? Kalau tidak ada, kenapa bisa ditulis golongan A di sini? terimakasih sebelumnya

    BalasHapus