MENGENAL
SEJARAH MUSEUM BAHARI
Mengenal
lebih jauh tentang MUSEUM Bahari yang merupakan saksi sejarah kemaritiman di
Indonesia terutama di zaman Kolonial Belanda. Museum Bahari menyimpan 126
koleki benda-benda sejarah kelautan. Terutama kapal dan perahuperahu niaga
tradisional. Di antara puluhan miniatur yang dipajang terdapat 19 koleksi
perahu asli dan 107 buah miniatur, foto-foto dan biota laut lainnya.adalah
bekas gudang rempah-rempah VOC Belanda, terletak di tepi Teluk Jakarta yang
indah.
Lukisan yang menggambarkan Area Sunda Kelapa ratusan tahun lalu |
Dahulu kala tempat itu menjadi pusat perniagaan penting. Begitu sibuknya sehingga perlu penjagaan ketat, Kapal-kapal besar dan kecil hilir-mudik mengangkut rempah-rempah, berupa cengkeh, buah pala, lada, kayu manis, kayu putih, tembakau, kopra, daun teh, biji kopi dan lain-lain diangkut ke Eropa dan beberapa negara lain di dunia.
View Area Sekitar Museum dari Pelabuhan Sunda Kelapa |
Hasil
bumi Nusantara ini menjadi monopoli komoditi penting perusahaan dagang VOC
(Vereningde Indische Compagnie) Belanda. Hingga kini gudang tua itu masih
bertengger dan terkesan angker. Cocok diubah fungsinya sebagai museum yang
menyimpan benda-benda sejarah kelautan.
Bangunan
berlantai tiga itu didirikan tahun 1652 oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda
di Batavia. Tepatnya di jalan Pasar Ikan Jakarta Utara, menghadap Teluk
Jakarta. Disebelah kanan tak jauh dari gudang induk dibangun menara. Sekarang
dikenal dengan nama Menara Syahbandar dibangun tahun 1839 untuk proses
administrasi keluar masuknya kapal sekaligus sebagai pusat pengawasan lautan
dan daratan sekitar.
Museum Bahari Masa Batavia |
Secara
signifikan gudang tersebut mengalami perubahan. Tahun perubahan itu dapat
dilihat pada pintu-pintu masuk. Di antaranya tahun 1718, 1719 dan 1771. Pada
masa pendudukan Jepang, tepatnya ketika perang dunia II meletus (1939-1945)
gudang tersebut menjadi tempat logistik peralatan militer tentara Dai Nippon.
Setelah Indonesia Merdeka difungsikan untuk gudang logistik PLN (Perusahaan
Listrik Negara) dan PTT (Post Telepon dan Telegram)Sejauh ini gudang bersejarah
itu tampak lebih utuh setelah direnovasi Pemda DKI Jakarta dan diresmikan
menjadi Museum Bahari pada 7 Juli 1977 oleh Ali Sadikin, yang pada waktu itu
menjabat Gubernur DKI Jakarta.
APA
SAJA YANG ADA DI MUSEUM BAHARI?
Old (left) , Now (right) |
Di
perut Museum Bahari tersimpan benda-benda sejarah berupa kapal dan
perahu-perahu asli maupun miniatur. Mengingatkan kepada kita bahwa sejak jaman
dahulu kala ‘nenek moyangku orang pelaut’. Ada kebanggaan ‘kebaharian’ dari
bangsa pemberani di dalam mengarungi samudra luas dan ganas.
Museum
Bahari bertugas melestarikan, memelihara, merawat, dan menyajikan
koleksi-koleksi yang berhubungan dengan kehidupan kebaharian dan kenelayanan
bangsa Indonesia. Jumlah koleksinya sekitar 1835 buah.
Secara tematik, tata pamer koleksi dan informasi terbagi ke dalam sejumlah pembagian ruang, yaitu:
1. Ruang Masyarakat Nelayan Indonesia
Koleksi yang dipamerkan: miniatur kapal dan peralatan kenelayanan.
2. Ruang Teknologi Menangkap Ikan
Koleksi yang dipamerkan: pancing, bubu, dan jaring.
3. Ruang Teknologi Pembuatan Kapal Tradisional
Koleksi yang dipamerkan: teknologi dan sentra pembuatan kapal.
4. Ruang Biota Laut
Koleksi yang dipamerkan: aneka jenis ikan, kerang, tumbuhan laut, dan dugong.
5. Ruang Pelabuhan Jakarta 1800-2000 (Pusat Perdagangan Dunia)
Koleksi yang dipamerkan: artefak-artefak yang berhubungan dengan kesejarahan pelabuhan di Jakarta pada rentang tersebut, termasuk meriam, keramik, dan benteng.
6. Ruang Navigasi
Koleksi yang dipamerkan: kompas, teleskop, dan sejumlah alat bantu navigasi.
7. Pelayaran Kapal Uap Indonesia-Eropa
Koleksi yang dipamerkan: foto-foto dokumentasi mengenai pelayaran kapal uap pertama dari Eropa ke Asia.
Secara tematik, tata pamer koleksi dan informasi terbagi ke dalam sejumlah pembagian ruang, yaitu:
1. Ruang Masyarakat Nelayan Indonesia
Koleksi yang dipamerkan: miniatur kapal dan peralatan kenelayanan.
2. Ruang Teknologi Menangkap Ikan
Koleksi yang dipamerkan: pancing, bubu, dan jaring.
3. Ruang Teknologi Pembuatan Kapal Tradisional
Koleksi yang dipamerkan: teknologi dan sentra pembuatan kapal.
4. Ruang Biota Laut
Koleksi yang dipamerkan: aneka jenis ikan, kerang, tumbuhan laut, dan dugong.
5. Ruang Pelabuhan Jakarta 1800-2000 (Pusat Perdagangan Dunia)
Koleksi yang dipamerkan: artefak-artefak yang berhubungan dengan kesejarahan pelabuhan di Jakarta pada rentang tersebut, termasuk meriam, keramik, dan benteng.
6. Ruang Navigasi
Koleksi yang dipamerkan: kompas, teleskop, dan sejumlah alat bantu navigasi.
7. Pelayaran Kapal Uap Indonesia-Eropa
Koleksi yang dipamerkan: foto-foto dokumentasi mengenai pelayaran kapal uap pertama dari Eropa ke Asia.
Komplek
gudang rempah milik VOC yang kini menjadi Museum Bahari ini dibangun VOC pada
1652 hingga rampung pada 1759. Bangunan gedung dibangun di muara Sungai
Ciliwung yang pada saat dahulu difungsikan sebagai jalur kapal sebelum berlayar
ke lautan lepas. Area gudang yang dibangun oleh VOC ini terdiri dari dua
bagian, Westzijdsche Pakhuizen bagian barat yang dibangun sejak 1652 hingga
1771 dan Oostzijdsche Pakhuizen yang dikenal bagian timur.
Di
bagian timur gedung yang kini dikenal sebagai bagian utama Museum Bahari.
Dahulu kedua bangunan gedung, juga gudang digunakan untuk menyimpan rempah dari
berbagai daerah di Nusantara, sebelum dikirim ke Eropa dan Asia. Diantara
komoditas utamanya seperti Pala, Lada, Tembakau, Kayu Manis, Cengkeh, Kopi dan
Teh.
Selain
bangunan gudang induk tak jauh dari situ terdapat juga kantor dagang, sebagai
administratif. Bangunan menara berlantai tiga yang kini dikenal dengan nama
Menara Syahbandar. Bangunan ini dibangun pada 1839 menempati bekas Bastion
(kubu) Culemborg. Bastion itu dibuat dari batu karang pada 1645, merupakan kubu
pertahanan. Bangunan Menara Syahbandar ini dahulu dikenal sebagai Uitkijk atau
Uitkijk Post.
Menara
ini bagian dari tembok keliling Kota Batavia untuk ikut menjaga mulut Sungai
Ciliwung. Memantau kapal yang keluar-masuk Batavia dan sebagai kantor pemungut
cukai bagi barang-barang yang dibongkar di pelabuhan Sunda Kelapa dan memantau
area gudang rempah dan area galangan kapal. Namun setelah pelabuhan Tanjung
Priok dibuka oleh pemerintah Belanda, bangunan inipun tak lagi difungsikan
sebagai menara pengawas sejak 1886.
Menara
ini sempat menjadi pusat 0 kilometer kota Batavia. Ini ditandai dengan
lempengan batu bertulis huruf Tiongkok penanda 0 kilometer kota Batavia saat
itu. Pada masa kependudukan Jepang 1939-1945, area gudang dan menara
difungsikan tentara Nippon sebagai komplek pusat penyimpanan logistik peralatan
militer.
Kini
setelah tak lagi berfungsi sebagai menara syahbandar, menara setinggi 12 meter
ini, juga dikenal sebagai menara miring. Ini karena posisi bangunan menara
terlihat semakin miring. Area menara yang berjarak 50 meter dari komplek gudang
rempah VOC yang kini sebagai Musem Bahari bukti bisu sejarah kejayaan kota
bandar perdagangan rempah Batavia.
Setelah
kompleks gedung ini difungsikan sebagai Museum Bahari oleh pemerintah DKI
Jakarta pada 1977, bangunan tua ini minim perawatan. Padahal di dalamnya
menyimpan ribuan koleksi sejarah bahari dan kemaritiman nusantara, serta
ratusan diorama penting perjalanan maritim dunia.
Museum
ini berlokasi di Jalan Pasar Ikan No. 1 Sunda Kelapa, Jakarta Utara .
Jam kunjung museum adalah 09.00 - 15.00 WIB, dari Selasa hingga Minggu. Pada
hari libur sekolah, museum tetap dibuka.
SUMBER
: