Perkembangan Arsitektur Tradisional Minangkabau
Nilai-Nilai
dalam pembuatan Rumah Gadang
Di
Minangkabau rumah tempat tinggal, dikenal dengan sebutan rumah gadang (besar).
Besar bukan hanya dalam pengertian fisik tetapi lebih dari itu, yaitu
dalam pengertian fungsi dan peranannya yang berkaitan dengan adatnya.Rumah adat
tradisional didirikan sangat erat kaitannya dengan faktor geografis dan
lingkungannya.
Beberapa
hal yang berkaitan dengan rumah gadang ini adalah sbb:
Dalam
hal mendirikan bangunan gadang perlu persetujuan dari penghulu dan wajib
berasal dari kaum tersebut dan di dirikan di tanah tersebut.Dalam hal pembuatan
dan renovasi rumah segala sesuatunya di dasarkan atas asas musyawarah.
Dari
segi fungsi rumah gadang (adat minang) umumnya berfungsi sebagai tempat
melaksanakan mufakat adat,ritual adat seperti: kelahiran,perkawinan,kematian
dsb.
Pola
ruangan rumah gadang sendiri umumnya memiliki ruangan yang ganji seperti pada
rumah gadang umumnya terdiri dari 7 atau 9 ruangan.perbandingan 1/3 ruang tidur
dengan ruang kepentingan umum 2/3 menandakan kepentingan umum lebih di
utamakan.
Bagian
dari rumah gadang seperti Tonggak dari bahan kayu bersegi delapan dan panjang tiang tidak sama, tiang-tiang
berbaris/berjajar.
Antara tiang
dengan tiang membujur dan membelintang dihubungkan oleh rasuk pelancar.
Rasuk terbuat dari ruyun batang kelapa atau kayu
hutan keras dengan pahatan ±2m dari dasar sendi.
Setiap
kaki tonggak berdiri diatas sebuah batu yang disebut dengan sandi. Sandi batu
didatangkan kemudian setelah semua tiang dihubungkan oleh rasuk.
Rumah
gadang dilantai dengan papan. Lantai papan dipasang diatas jeriau dan
adakalanya lantai dibuat dari pelupuh (bambu yang dipecah). Lantai rumah
gadang ada dua jenis bila dilihat dari bentuknya yakni Bodi Caniago (semua
penghulu yang duduk memiliki kesamaan martabat),dan
Koto Piliang lantainya bertingkat (memiliki
perbedaan khasta sesuai ketinggian letak tempat duduk.
Anjung adalah ruangan yang lantainya bertingkat dua
atau tiga pada ujung pangkal rumah, yaitu ruangan yang menyambung dan disebut
raja berbanding dan serambi papek (pepat). Anjung adalah tempat mulia dan
terhormat.
Atap rumah gadang dari bahan
ijuk, dipasang diatas kap yang diatur terletak diatas paran yang melengkung
kira-kira setengah lingkaran dan seperempat dari lingkaran dari paran
tinggi ketuturan (kedua belah sisi bidang atap) yang sekurang-kurangnya
berjumlah 4 buah.
Perkembangan Arsitektur Tradisional Aceh
Suatu
kepercayaan dan faktor kondisi alam suatu masyarakat mempengaruhi gaya
arsitektur salah satunya pada rumah adat tradisional DI Aceh,Indonesia (Rumoh
Aceh).
Bagian-bagian
dari rumah adat tradisional Aceh (Rumoh Aceh) :
Bagian
Bawah
1. Bagian bawah rumah Aceh,yup moh yaitu ruang antara
tanah dengan lantai rumah.Berfungsi sebagai tempat bermain anak,tempat
ternak,maupun tempat pembuatan dan berjualan songket.
2. Jeungki atau alat penumbuk pagi.berfungsi menumbuk
padi dan krongs (penyimpanan padi).
Bagian
Tengah
1. Ruang Depan(seuramo reungeun) biasa disebut
serambi depan terdapat tangga(bungeun).
2. Ruang Tengah (Rumoh inong) ruang inti yang di
anggap suci dan bersifat pribadi.
3.Ruang Belakang(seuramo likot) ruang tak berbilik
untuk dapur dan makan.
Bagian
Atas
Terdapat di ruang tengah biasa terdapat para (loteng)
untuk menyimpan kepentingan keluarga.
Bahan-Bahan
untuk Membuat rumoh Aceh:
1.Kayu sebagai Bahan Utama pembuatan rumoh Aceh
2.Papan,digunakan untuk membuat lantai dan dinding
3.Trieng(Bambu),sebagai alat penyemat atap
4.Enau(Temor),pembuatan lantai dan dinding
5.Ijuk,sebagai tali pengikat
6.Daun rumbia(oen meuria),pembuatan atap
7.Pelepah rumbia(Peuleupeuk meuria),untuk dinding
Tahap
Pembuatan Rumoh Aceh :
1.Musyawarah
2.Pengumpulan Bahan
3.Pengolahan Bahan
4.Perangkaian Bahan
Motif
atau Ragam hias pada ornamen Rumoh Aceh :
1.Motif Keagamaan,seperti ukiran-ukiran dalam ayat
Al-quran
2.Motif Flora,seperti motif daun,bunga.
3.Motif Fauna,umumnya yang sering dilihat dan di
sukai
4.Motif Alam,seperti langit dan awan,langit dan bulan
Nilai-Nilai
Wujud arsitektur rumah aceh merupakan perwujudan dari
kearifan dan keyakinan masyarakat aceh.
Pembangunan rumah adatnya masih berasaskan pada nilai
persaudaraan dan gotong royong.
Ketinggian pintu rumah ±150cm memungkinkan setiap
orang yang masuk agar mentaati peraturan dan mengesampingkan khasta atau
kedudukan.
Perkembangan Arsitektur Tradisional Batak
Suku
Batak terdiri dari enam puak sebagian besar menempati sumatera utara terdiri
dari batak karo,simalungun,pak pak,toba,angkola dan mandailing.
filosofi
rumah adat tradisional batak karo :
Rumah
tradisional Batak Karo merupakan jenis rumah panggung dengan ketinggian
bangunan dari tanah mencapai 12m. Maksud dari pembuatan rumah panggung ini
adalah untuk menghindari ancaman dari binatang buas.
Orientasi
Bangunan
Orientasi
dari bangunan ini selalu mengarah ke utara dan selatan, mengikuti arah aliran
sungai adalah karena masih adanya kepercaan mereka terhadap kekuatan – kekuatan
gaib yang dapat mengganggu mereka apabila pembangunan rumah tidak seperti yang
telah ditetapkan.
Bagian-bagian
rumah batak karo :
Bagian Luar,seperti kusen dan jendela di ukir dengan
ukiran yang rumit
Luas Rumah umumnya berukuran 17x12 dengan ketinggian
12m,bangunan ini simetri dikedua porosnya sehingga pintu masuk di kedua sisi
terlihat sama.
Jumlah tiang sebanyak enam belas yang bersandar pada
batu-batu besar,delapan tihang menyangga atap dan lantai,sedangkan sisanya
n=menyangga lantai saja.
Dinding berfungsi sebagai penyangga atap,dengan kedua
pintu dan delapan jendela dipasang pada dinding yang miring.
Bahan-bahan
yang digunakan dalam pembuatan :
1.Batu,sebagai dasar pondasi
2.Kayu ndrasi,dibuat sebagai tihang tihang penopang
3.Kayu aren,sebagai didudukan kerangka atap
4.Ijuk,sebagai atap dan tali penghubung anyaman
kerana
5.Jerami,sebagai bubungan atap
6.Daun sirih,penahan gerakan pada kolom kayu
Ornamen-ornamen
bangunan khas batak karo :
1.Pengeret-eret :cicak kepala dua,berfungsi sebagai
penolak bala
2.Tapak raja sulaeman :bentuk geometris dengan simpul
di setiap sisinya,berfungsi terhindar dari ancaman jahat
3.Tupak salah slima-lima :berbentuk garis menyilang
menyerupai bintang,berfungsi sebagai penolak bala dan lambang kekeluargaan
dalam sistem sosial
4.Desa siwaluh :berfungsi sebagai penentu arah baik
dan buruk
5.Bindu Matagah :befungsi agar tehindar dari ancaman
binatang buas dan hal buruk
Perkembangan Arsitektur Tradisional Riau
Bagian-bagian
rumah bugis:
1.Tangga : Tiang tangga berbentuk segi empat atau
bulat.Adakalanya di beri tangan tangga
2.Tiang : Bentuk tiangnya bulat atau bersegi.Tiang
yang terdapat pada keempat sudut rumah induk disebut “Tiang Seri”,yaitu tiang
pokok rumah tersebut.jumlah maksimal tiang induk 24 buah.
3.Rasuk : Rasuk berbentuk persegi yang terbuat dari
kayu keras,dan dipasang menembus tiang.
4.Glegar : ukurannya lebih kecil dari Rasuk,yang
disusun melintang diatas rasuk.
5.Bendul: umumnya berbentuk bersegi empat,dan merupakan balok yang tidak
boleh bersambung.
6.Jenang : tempat melekatkan dinding dan sebagai penyambung tiang dari
rasuk ke tutup tiang.
7.Sentro : Pekayuan yang menghubungkan jenang dengan jenang.
8.Atap: Atap yang melengkung pada kedua ujungnya
9.Dinding: tersusun atas papan-papan yang di susun rapat
9.Dinding: tersusun atas papan-papan yang di susun rapat
Bahan-bahan untuk
membuat rumah bugis :
1.Kayu keras,digunakan dalam pembuatan rasuk,rangka dsb
2.Daun Pinah,dugunakan sebagai atap
3.Rotan,sebagai tali penyambung
4.Papan,untuk dinding
Pembagian ruangan
:
Ruang Tengah,ruang ini dianggap suci bagi adat dan dianggap pribadi
Ruang Depan,sebagai tempat menerima tamu,bermain anak,bersantai,dan
meletakan benda kecil
Perkembangan
Arsitektur :
Jenis bagunan rumah riau mengalami perkembangan seiring teknologi bahan
dan mengalami perkembangan dalam hal fungsi
1.Rumah Sudung-Sudung :sebagai
tempat tinggal keluarga berukuran kecil dan tidak bertiang,terbuat dari bahan
sederhana dan sebagai tempat tinggal sementara.
2.Rumah Bagan :Bangunan ini sudah berdinding dan bertiang
rendah,digunakan masyarakat sebagai tempat mencari ikan atau bahan.
3.Rumah Pondok Pisang Sesikat :Bangunan dengan atap tinggi dan bentuk
curam kebelakang,sudah mendekati bentuk rumah berkulit dan berkayu,bangunan ini
banyak di fungsikan diladang untuk berladang.
4.Rumah Belah Bubung :Rumah dengan tulang atap
(bubungan) ,rumah ini kemudian seiring perkembangannya dijadikan rumah
tradisional daerah riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar