 |
Museum Bahari Sebelum Terbakar |
Museum
ini menyimpan koleksi-koleksi yang berhubungan dengan dunia kemaritiman.
Walaupun menyandang nama Jakarta pada namanya, Museum Kebaharian Jakarta tidak
hanya menyimpan koleksi yang berasal dari Batavia namun juga dari seluruh
Indonesia. Berada di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa, kamu bisa juga menandemkan
jalan-jalan ke sini dengan jalan-jalan serba museum di Kota Tua seperti Museum Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, dan Museum Keramik dan Seni Rupa. Dengan berjalan kaki, jarak dari
Taman Fatahillah ke sini hanya sekitar 1.2 km sembari melewati situs Jembatan Kota
Intan yang terkenal itu.
Dari
tepi Jalan Pakin terlihat sebuah menara yang pada masanya digunakan
sebagai pos pabean dan pemantauan kegiatan di Pelabuhan Sunda Kelapa. Di puncak
menara syahbandar yang dibangun pada tahun 1839 ini terdapat jendela di empat
sisi untuk mempermudah pengawasan ke segala penjuru. Pada masanya, menara
syahbandar pernah menjadi bangunan tertinggi di Batavia. Karena menjadi bagian
dari sistem pertahanan Batavia, menara ini dilengkapi dengan beberapa meriam
kecil serta lorong bawah tanah menuju Stadhuis (balaikota) yang sekarang
menjadi Museum Sejarah Jakarta.
Beranjak
ke gedung utama museum. Di lobby, dieprkenankan membeli tiket untuk pengunjung
dewasa (umum) seharga 5 ribu rupiah. Tidak ada tiket khusus ke menara karena
tiket ini sebenernya sudah berlaku juga untuk ke sana. Bangunan utama museum
terbagi atas tiga gedung. Di lantai satu gedung depan, saya lebih suka
menyebutnya gedung utama, ada ruang awal perkembangan pelayaran nusantara, lalu
ruang era pelayaran nusantara (abad 7-15 masehi), ruang teknologi pembuatan
kapal, dan ruang matra angkatan laut.
 |
Denah Museum Bahari Lantai 1 |
Pada
masa pemerintahan kolonial Belanda, bangunan ini berfungsi sebagai gudang
untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang
merupakan komoditas yang sangat laris di pasaran Eropa. Pada masa perang dunia
kedua, gudang ini digunakan untuk menyimpan logistik tentara Jepang. Pasca
kemerdekaan, fungsinya berubah lagi menjadi gudang peralatan Perumtel (sekarang
Telkom) dan Perum Pos dan Giro (sekarang Pos Indonesia) hingga akhirnya
akhirnya cagar budaya ini diresmikan sebagai museum pada tahun 1977.
 |
Denah Museum Bahari Lantai 2 |
Ruangan pertama
dan kedua lebih banyak diisi oleh panel-panel informasi dwi bahasa, Indonesia
dan Inggris tentunya, yang memaparkan sejarah pelayaran nusantara dari dulu
hingga sekarang. Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi pelabuhan teramai yang menjual
komoditas dengan kualitas terbaik dari berbagai daerah di nusantara dan
mancanegara. tentu hal ini pulalah yang membuatnya begitu strategis untuk
dikuasai sehingga pada tahun 1619, Jayakarta direbut oleh VOC dan diganti
namanya menjadi Batavia. Dari tahun 1877 hingga tahun 1920, Tanjung Priok
mulai dikembangkan sebagai pelabuhan baru yang dapat memenuhi syarat-syarat
pelabuhan modern di mana kegiatan bongkar muat kapal berbadan besar dapat
berlangsung. Pasca kemerdekaan, pembangunan terus berlanjut dengan pembangunan
kolam-kolam baru dan didukung oleh manajemen yang modern.
 |
Panel Dwi Bahasa |
 |
Peralatan Kebaharian |
Ruang
ketiga menyimpan koleksi kapal-kapal tradisional yang berasal dari
berbagai daerah di nusantara dilengkapi dengan papan informasinya. Ada yang
berasal dari Padang, Jambi, Palembang, Kalimantan, Bali, Cirebon, Madura,
Pangandaran, Bugis, Papua, semuanya dengan bentuk dan ciri khasnya
masing-masing. Sejarah perahu dari masa prasejarah, masa kerajaan Hindu Buddha,
serta masa kerajaan Islam, serta cara teknologi pembuatannya secara tradisional
turut dipaparkan pula di ruangan ini.
 |
Kapal - Kapal dari berbagai daerah Nusantara |
Di
bagian paling ujung terdapat ruangan yang ga terlalu ramai. Ruangan ini hanya
menyimpan model-model kapal yang diduga disumbangkan oleh TNI Angkatan Laut.
Panel-panelnya pun hanya berisi doktrin-doktrin dan TNI pada umumnya dan TNI AL
pada khususnya seperti Tugas Pokok TNI AL, Delapan Wajib TNI, Sapta Marga,
Trisila TNI AL, dan Sumpah Prajurit. Di sisi dinding lain terdapat foto-foto
para pemimpin TNI AL dari masa ke masa dan juga lima figur pahlawan nasional
yang berasal dari TNI AL.
 |
Area Doktrin - doktrin TNI |
Dari
ruang Matra Angkatan Laut, ada tangga menuju ke lantai dua. Tapi sayangnya
alurnya tidak tepat. Lebih tepat kalo dimulainya dari lobby tempat area membeli
tiket, terus naik ke lantai dua. Seandainya masuknya dari area lobby, urutannya
akan lebih sesuai, mulai dari berbagai bangsa yang singgah ke Sunda Kelapa,
penjelajah asing yang pernah singgah di Batavia, ruang legenda masyarakat
bahari nusantara, dan di paling ujung (di atas ruang matra angkatan laut) ada
ruang legenda masyarakat bahari. Yang membuat nyaman karena di ruangan tersebut
di fasilitasi oleh AC.
 |
Ruang Martha Angkatan Laut |
Di
semua ruangan terdapat manekin-manekin yang dipakaikan kostum sesuai tema
ruangan. Pada ruangan penjelajah asing yang pernah singgah ke Sunda
Kelapa, terdapat diorama-diorama yang menggambarkan tentang kedatangan bangsa
Arab, bangsa Cina, bangsa Portugis, bangsa Belanda, bangsa Inggris, dan yang
terakhir bangsa Jepang. Pada setiap diorama terdapat sebuah buku yang
berisi penjelasan mengenai masing-masing diorama. Tulisannya terlalu banyak
sehingga pengunjung yang datang tidak memungkinkan untuk membaca keseluruhannya.
 |
Area Rempah - Rempah |
 |
Diaroma Portugis Ke Banten |
Ruang
berikutnya menampilkan manekin-manekin para penjelajah asing yang pernah datang
ke Batavia. Ada penjelajah yang berasal dari Italia, Marco
Polo; penjelajah dari Arab, Ibnu Battuta; penjelajah dari Cina, Admiral
Cheng Ho; kartografer Belanda, Jan Huygen van Linchosten; serta penakluk dari
Portugis, Vasco da Gama dan Ferdinand Magellan. Ada juga manekin admiral laut
wanita pertama di dunia, Laksama Keumalahayati.
Dua
ruangan terakhir menampilkan karakter-karakter yang berkaitan dengan
legenda bahari Indonesia dan dunia. Melihat manekin-manekin tersebut
membuat pengunjung menjadi teringat buku
kisah cerita rakyat terbitan Grasindo. Dari legenda nusantara ada tokoh Nyi
Roro Kidul, Bima dan Dewa Ruci, Malin Kundang, Putri Mandalika, Tuan Tapa dan
Putri Naga, Pesut Mahakam, sementara dari legenda dunia ada Dewa Poseidon,
Putri Duyung, prajurit Viking, Dewa Baruna, Putri Mazu, dan Davy Jones. Dan
juga masih banyak karakter lainnya yang ada di museum.
 |
Laksamana Chengho |
Dari
tengah lantai dua gedung di depan, terdapat jembatan ke lantai dua gedung yang
ada di belakang. Ke sebelah kanan, kalo menurut peta denah tadi sih mestinya
ruang pengenalan kebaharian dan area bermain. Entah apa maksudnya area bermain,
soalnya di sini tidak ada seluncuran atau ayunan, melainkan lebih mirip gudang
di mana koleksi yang sedikit berdebu masih tertata rapi dan memiliki papan
nama. Dua koleksi yang menarik buat saya adalah maket Kastil Batavia dan
maket Pulau Onrust.
 |
Maket Kastil Batavia |
 |
Maket Pulau Onrust |
Di
sebelah kiri, ada ruangan gudang yang disulap menjadi ruang yang memamerkan
kisah Pertempuran Laut Jawa. Menarik juga melihat koleksi-koleksi baru ini
mengingat pertempuran yang terjadi antara pihak sekutu yang terdiri dari
Amerika Serikat, Inggris, Belanda, dan Australia (ABDACOM) melawan angkatan
laut kekaisaran Jepang ini nyaris tidak pernah disebutin di buku-buku sejarah
sekolah kita. Pertempuran itu sendiri berlangsung dari tanggal 27 Februari
hingga 1 Maret 1942 dan diakhiri dengan kemenangan telak di pihak Jepang.
Sebanyak lima dari empat belas kapal sekutu berhasil ditenggelamkan dan hingga
kini berada di dasar Laut Jawa. Entah sampai kapan koleksi ini akan dipamerkan
di sini.
 |
Koleksi Kisah Pertempuran Laut Jawa |
Turun
ke lantai satu, lagi-lagi ada koleksi museum versi disimpan sayang yang hanya
dibariskan saja di ruangan yang memanjang ini. Ada koleksi pelampung, gardan
lampu suar, lampu suar kristal, rumah kompas, dan miniatur kapal. Di sisi jauh
ruangan, ada peta Indonesia yang dibubuhi informasi mengenai kekayaan dan
keanekaragaman hayati lautnya.
 |
Koleksi Pelampung, Suar |
Di
sisi satunya lagi, di bawah ruang pameran Pertempuran Laut Jawa tadi, ada
ruangan yang berisi koleksi perahu tradisional tradisional dengan aneka bentuk,
gaya dan ragam hias dalam ukuran asli, bukan miniatur! Interior ruangannya
dibiarkan tidak terawat sehingga menimbulkan kesan jadul yang kuat. Batu bata
yang dibiarkan terlihat karena plesternya rontok dan dinding yang terlihat
coklat karena bekas alur air atau berjamur.
 |
Ruang Pameran Pertempuran Laut dan Koleksi Kapal |
PERMASALAHAN
:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1833012/original/002597600_1516078195-20180116-Museum-Bahari-Kebakaran-ARYA-5.jpg) |
Kebakaran di Museum Bahari 16/1/2018 |
Kebakaran
yang melanda Museum Bahari, Selasa (16/1/2018) menyebabkan kerusakan di
beberapa bagian gedung. Data dari posko siaga UPT Museum Bahari menyebutkan,
kerusakan terjadi pada gedung A dan C. Kerusakan berupa atap yang runtuh serta
jendela dan pintu yang hangus terjadi pada lantai 2 gedung A seksi 4 dan 5 di
mana terletak ruang legenda Laut Internasional dan Legenda Bahari Nusantara.
Kemudian api juga membakar gedung C lantai satu seksi 3 tempat ruang minatur
perahu tradisional dan gudang, serta lantai dua gedung C seksi 2 dan 3 tempat
ruang alat navigasi dan miniatur perahu tradisional serta ruang perang Laut
Jawa.
Koleksi
yang terbakar di lantai 2 gedung A seksi 5 atau ruang Legenda Laut
Internasional antara lain, patung Davi Jones (1 buah), patung Putri Mazu (3),
patung Viking (3), patung Dewa Baruna (2), patung Poseidon (1), patung Putri
Duyung (1). Selain itu terdapat proyektor (2), AC outdoor (3), CCTV (2) dan
speaker (2). Total keseluruhan 20 buah.
1. Lantai 1 Gedung C3 (Ruang
Miniatur Perahu Tradisional dan Gudang)
a. Perahu Asli Cadik Bali 1 Buah
b. Perahu Asli Pangandaran 1 Buah
c. Perahu Asli Sumatera Utara 1 Buah
d. Kemudi Kapal 1 Buah
e. Rumah Kompas 1 Buah
f. Lukisan Pantai dan Pelabuhan 4 Buah
g. Miniatur Perahu Majapahit 1 Buah
h. Katel Karbit 1 Buah
i. Lampu Mercusuar 1 Buah
j. Suar Pelampung 1 Buah
k. Mesin Penyedot Air Rob 1 Buah
l. Miniatur Perahu Pinishi 1 Buah
m. Miniatur Perahu Majapahit 1 Buah
n. Miniatur Perahu KRI Multatuli 1 Buah
o. Miniatur Kapal Van Deuvyken 1 Buah
p. Miniatur KM Surya Harapan 1 Buah Total koleksi museum di
lantai 1 gedung C3 yang terbakar sebanyak 19 buah.
2. Lantai 2 Gedung C3 (Ruang Alat Navigasi dan
Miniatur Perahu Tradisional)
a. Maket Pulau Onrust 1 Buah
b. Maket Batavia / Kastil 1 Buah
c. Miniatur Mercusuar 1 Buah
d. Ikan Duyung 1 Buah
e. Miniatur Perahu Oleg 1 Buah
f. Miniatur Perahu Patorani 1 Buah
g. Miniatur Caravela 1 Buah
h. Miniature Caravela 1 Buah
i. Miniatur Olegan 1 Buah
j. Cadik Pantai Selatan 1 Buah
k. Maket Benteng Martelo 1 Buah
l. Perahu Layar Lambo 1 Buah
m. Perahu Mayang 1 Buah
n. Golekan Lete 1 Buah
o. Perahu Sope Gokong Bundar 1 Buah
p. Mercusuar 1 Buah q. Miniatur Perahu 1 Buah
r. Miniatur Pelampung 1 Buah Total koleksi museum di lantai 2
gedung C3 yang terbakar sebanyak 19 buah.
3. Lantai 2 Gedung C2 (Ruang Perang Laut Jawa)
a. Panel Informasi 24 Buah
b. AC Standing 5 PK + Outdoor 6 Unit
c. TV LCD 32 Inc 1 Unit
d. Buku Perjalanan Perang Laut Jawa 8 Buah
e. Bendera Morse Kapal Perang Besar 1 Buah
f. Perlengkapan Makan AL 1 Set
g. Teropong Laut 1 Buah
h. Keker 1 Buah
i. Kompas Bintang 2 Buah
j. Bendera Asli Kapal Perang 5 Buah
k.
Miniatur Pesawat Fokker 2 Buah
SUMBER
https://myeatandtravelstory.wordpress.com/2017/05/19/meneropong-sejarah-bahari-bangsa-di-museum-kebaharian-jakarta/
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/01/17/11105511/ini-daftar-koleksi-museum-bahari-yang-terbakar
https://google.com/